Mengasah Toleransi lewat Musik Klasik

Pertengahan tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggandeng pianis Ananda Sukarlan untuk melatih siswa sekolah dasar buat berlatih musik klasik. Pelatihan tidak bertujuan membuat anak-anak menjadi musisi, tetapi untuk mengasah otak dan rasa toleransi serta melatih anak-anak bersosialisasi. Program musik klasik masuk sekolah terinspirasi dari program Children in Harmony yang dijalankan Ananda bersama Yayasan Musik Sastra. Program musik klasik masuk sekolah menurut rencana dimulai pertengahan 2017. Sebagai percontohan, program digelar di 100 SD di Jakarta. Dengan bermain musik klasik, anak-anak akan belajar koordinasi, mulai dari membaca not balok, memainkan instrumen, hingga melakukan gerak tubuh. Melalui musik, otak terlatih untuk kreatif, berimajinasi, dan menemukan solusi. "Anak-anak belajar musik klasik enam bulan. Mereka dipinjami alat musik yang bisa dibawa pulang untuk berlatih di rumah. Setelah itu, mereka bertemu dalam latihan untuk berkolaborasi dalam pementasan," ujar Ananda, Selasa (3/1), di Jakarta. Dalam permainan musik bersama, anak-anak dari berbagai latar belakang bertemu dan bekerja sama. "Lewat musik, 'tembok' runtuh," kata Ananda. Untuk menjalankan program itu, diperlukan 33-50 tenaga pengajar. Mereka mengajar teknik dasar memainkan instrumen musik di kelas II-III SD. "Dibutuhkan alat musik yang banyak. Kami mengimbau mereka yang mempunyai instrumen musik bekas di rumah untuk mendonasikannya," tambah Ananda. Anak-anak yang mendapat pelatihan musik klasik akan dievaluasi. Mereka yang berbakat didorong untuk terus berlatih. Sekolah-sekolah diharapkan bisa membuat orkes kecil setelah latihan berlangsung satu tahun. Seluruh Indonesia Selain musik klasik, pendidikan seni lainnya, seperti seni rupa, pertunjukan, dan kriya, juga akan diperkenalkan langsung oleh seniman-seniman di sekolah-sekolah. Tahun ini ditargetkan 1.500 seniman bisa mengajar seni di sekolah di seluruh Indonesia. Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid mengatakan, pada Maret, ketika anggaran sudah turun, program tersebut akan dimulai di Jakarta terlebih dahulu. "Beberapa daerah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Utara telah menyatakan berminat. Sebagai awal, program ini akan diadakan di 500-an sekolah," ungkapnya. (ABK) Sumber: Kompas, 04/01/2017 Sumber foto: Arsip pribadi

No comments :