Sukses Karena Memberi



Ketika keserakahan meradang, dunia yang kita ciptakan menjadi muram serta penuh saling sikut, makan, fitnah, dan membinasakan. Jika demikian, manusia bisa menjadi "predator" bagi manusia lain.
Aksi predator ini terjadi di berbagai lapangan, dari karier, bisnis, maupun politik. Tempat kerja, misalnya, sekadar menjadi ajang perebutan posisi dan jabatan. Karyawan saling sikut. Pasar menjadi ajang persaingan bisnis mematikan (survival of the fittest), yang besar menggurita menumpas yang kecil. Pemilu yang begitu terhormat bisa tersulap menjadi ajang saling fitnah dan penghancuran karakter lawan politik.

Sumbernya adalah satu, yaitu masing-masing dari kita selfish menempatkan kepentingan diri pribadi diatas kepentingan mana pun. Dengan mindset seperti ini, kita berlomba-lomba untuk menjadi yang paling hebat, kaya, populer, pintar dan berkuasa. Selain itu, untuk menjadi yang paling hebat di karier, bisnis atau politik, kita harus bersaing mengalahkan orang lain, kalau perlu dengan menghalalkan segala cara.

Kalau sudah demikian, kita cenderung membenamkan diri pada jebakan permainan menang kalah (Zero - Sum Game), yaitu menangnya kita membawa akibat kalahnya orang lain, besarnya kita membawa konsekuensi kecilnya orang lain dan kuatnya kita berujung pada lemahnya orang lain.

Di tengah hiruk - pikuk dunia yang makin egois dan bisa destruktif ini, percik-percik pemikiran Adam Grant dalam buku Give and Take (Viking 2103) menjadi sebuah oase yang menyejukkan. Melalui buku yang dinobatkan sebagai buku terbaik 2013 oleh Amazon, Financial Times, Wall Street Journal, Fortune dan Washington Post ini, Grant menyodorkan sebuah alternatif pendekatan baru kepada kita dalam meniti tangga-tangga kesuksesan.

Pendekatan baru ini menggeserkan paradigma dari self-centerd ke other centered, dari mindset kelangkaan (scarcity) ke keberlimpahan (abundance), dan dari pandangan banyak menuntut (taking-focused) ke banyak memberi (giving - focused).

Taker, Giver and Matcher

Taker adalah sosok selfish yang selalu menempatkan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan orang lain. "Kepentingan diri sendiri adalah Panglima," begitu kira-kira hidup semboyan tipe ini. Mereka cenderung tak peduli pada orang lain, atau peduli sejauh itu menguntungkan bagi dirinya. Dalam setiap relasi dengan pihak lain, mereka selalu berpikir harus mendapatkan lebih banyak dari orang lain, dibanding yang diberikan "get more than they give"
Sosok tajer meyakini dunia ini penuh persaingan kejam yang satu sama lain harus saling memakan ("a dog-eat-dog"world). Untuk sukser mereka harus lebih unggul dan bisa mengalahkan orang lain. Untuk sukses dalam karier, bisnis, politik, mereka harus mampu melemahkan, bahkan membinasakan orang lain sehingga berhasil menjadi stand - out bertabur kepongahan dan decak kagum. Dunia Taker adalah dunia sikut-sikutan yang destruktif dan melelahkan. Sebagian besar dari kita memiliki mindset Taker ini.

Giver memiliki mindset yang bertolak belakang dibanding Taker. Giver selalu menginginkan memberi lebih banyak ke orang lain dibanding yang mereka dapat, "give more than they get". Kalau Taker selalu self focused, Giver justru other focused. Mereka lebih fokus memberikan kontribusi dan manfaat kepada orang lain ketimbang mendapatkan sesuatu dari orang lain. Kenikmatan hidup seorang Giver didapat ketika mereka bisa memberikan waktu, tenaga, uang atau ilmu kepada orang lain tanpa berharap imbalan.

Lalu, apa itu Matcher?
Matcher ada ditengah-tengah antara Taker dan Giver. Mereka memiliki mindset, ketika memberikan sesuatu kepada orang lain, mereka harus mendapatkan imbalan yang sepadan. Kalau giver ikhlas memberikan kemanfaatan kepada orang lain, Matcher selalu berhitung dengan jeli antara apa yang diberikan dan apa yang didapat. Pola pikir matcher selalu dilandasi prinsip keadilan dan pertukaran kemanfaatan yang ditelisik betul cost benefitnya.

Pertanyaannya
Mana diantara Taker, Giver and Matcher yang paling sukses dalam karier, bisnis dan politik? Secara common sense, Anda pasti sependapat dengan saya bahwa Taker berkecenderungan paling sukses dan Giver paling tidak sukses. Ya, hal ini Anda pasti menduga bahwa Taker adalah sosok yang high achiever dan ambisisus; Sementara Giver adalah sosok yang nrimo, tak punya ambisi, rela berkorban untuk kebaikan orang lain, dan bahkan ikhlas mengorbankan kesuksesannya demi kesuksesan orang lain.

Dugaan yang tepat. Survei Grant mengonfirmasi hal tersebut. Kalau digambarkan dalam tangga kesuksesan "success ladder" dengan dasar tangga menunjukkan orang-orang yang paling tidak sukses ("bottom performers"), sementara puncak tangga mewakili orang-orang yang paling sukses ("Top Performers").
Survei Grant di berbagai lapangan pekerjaan, dari dokter, insinyur, salesman, pengusaha hingga politisi menemukan bahwa posisi bottom performers banyak didominasi sosok giver.

Pertanyaannya kemudian, mana dari Taker, Giver dan Matcher yang menduduki posisi top performer? Sekali lagi dengan common sense, Anda pasti menduga Top Performers akan banyak diisi oleh Taker yang ambisius bahkan sering kali menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan meraih kesuksesan. Anda salah besar, Survei Grant menghasilkan temuan yang mencengangkan karena rupanya posisi Top Performers banyak didominasi oleh para Giver juga. Menariknya, Taker dan Matcher justru memliki capaian medioker alias mencapai kesuksesan yang setengah-setengah.

Kita bisa mencapai puncak tangga kesuksesan dengan keutamaan karakter mulia, spirit of giving, mental keberlimpahan, keikhlasan untuk menjadi rahmat bagi orang lain, membantu dan memberi kemanfaatan bagi sesama serta menjadi kendaraan bagi kesuksesan orang lain