The Hills & Bung Ciil

"The most romantic hotel in Indonesia...," demikian ucapan Joop Ave, yang pada saat itu sedang menjabat Menteri Pariwisata dan Kebudayaan RI ketika kami mengundangnya untuk meresmikan Novotel Bukittinggi (kini The Hills Bukittinggi Hotel & Convention) pada 10 November 1995. Memang hotel tersebut adalah hotel pertama berbintang empat yang cantik dan indah yang pernah dibangun di Sumatera dan bahkan hingga saat ini setelah lebih dari sepuluh tahun berdiri.

Novotel Bukittinggi didesain khusus oleh arsitek Thailand Lek Bunnag serta Bill Bensley dengan menampilkan sentuhan dan nuansa khas Minangkabau serta taburan konsep arsitektur Islam.


Terletak tepat di jantung kota, Novotel Bukittinggi dikelilingi hamparan panorama Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok yang romantik dan syahdu. Apalagi hotel ini hanya berjarak selempar batu dengan ikon tanah Minang, yakni Jam Gadang, serta patung almarhum Muhammad Hatta, Wakil Presiden RI yang pertama.

Setahun setelah pembukaannya, Novotel Bukittinggi memperoleh penghargaan dari Indonesian Architect Association untuk desain yang ada di sekitar hotel. Dan pada penganugerahan Padang Turism Award, terpilih sebagai hotel berbintang terbaik 2007.

Rara, Dinda, Gayatri, Putu, Lucy

Proyek ini telah melibatkan banyak tenaga-tenaga senior di bidangnya maupun juga tenaga muda, antara lain: Hendirman Sapiie, Abdullah B. Ritonga, Avi Koesnovagril, Hengky Himawan, Dharma Setiawan, Joko, Rara Rengganis Dewi, Putu Swasti, Gayatri, Nenden, Evi Hasan, dan lain-lain.

Peranan Bung Ciil untuk Novotel Bukittinggi

Hotel ini juga tak akan terbangun tanpa peran serta Almarhum Dr. Sjahrir (biasa dipanggil Bung Ciil) yang saat itu menjabat Komisaris Utama PT. Grahamas Citrawisata Tbk (PT. GC), pengembang Novotel Bukittinggi.

Tak dapat disangkal bahwa ketertarikan Bung Ciil di proyek ini adalah karena ia adalah putra asli Kota Gadang, sebuah daerah yang hanya dibatasi oleh Lembah Ngarai dari Bukittinggi. Memang Bung Ciil adalah seorang scholar dengan bidang utama Ekonomi, tapi ia juga mempunyai passion dalam sektor riil, antara lain pendirian sebuah perusahaan sekuritas, Sjahrir Securities.

Menurut penuturan Rara Rengganis Dewi yang saat itu menjabat Direktur Keuangan, ketika hotel dalam proses pencarian dana untuk membangun, pasar keuangan tidak cukup memberikan respons yang baik atas proyek hotel tersebut, sehingga diperlukan usaha lebih keras untuk memberi keyakinan pasar akan pentingnya membangun sebuah hotel di Bukittinggi. Walaupun Bukittinggi bisa dikatakan pintu pariwisata kedua di Indonesia, namun pada saat itu belum banyak orang yang meyakini potensi ekonomis yang dapat diperoleh dari membangun sebuah hotel berbintang empat di sana.

Bung Ciil-lah yang memegang peranan besar dalam meyakinkan masyarakat akan hal tersebut. Termasuk ketika PT. GC berusaha untuk dapat mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya dalam rangka mencari sumber dana melalui penawaran umum saham. Maka kemudian tercatatlah kode GMCW dalam Bursa Efek Surabaya dan terlihat beberapa pemegang saham antara lain: PT. Taspen, PT. Jamsostek, PT. Askes, dan masyarakat Minang antara lain sebuah warung Padang di Blok M.

Rasa optimis Bung Ciil yang besar telah menularkan semangat yang tinggi kepada kami semua untuk terus berjuang sekuat tenaga merealisasikan pembangunan hotel ini.

Kenangan Bersama Bung Ciil

Persahabatan saya dengan Ciil berlangsung cukup lama sejak tahun 1967 ketika saya masuk PMB (Perhimpunan Mahasiswa Bandung) dan kerap mengadakan acara bersama dengan IMADA (Ikatan Mahasiswa Djakarta) di mana Ciil juga merupakan tokoh penting di situ bersama Marsilam Simanjuntak.

Sedang hal yang paling diingat oleh Rara tentang Bung Ciil yaitu bahwa ekonom ini dalam hidupnya senang melakukan dua hal, yaitu berbagi ilmu dan juga berbagi makanan.

"Setiap kali berjumpa dengan beliau untuk urusan pekerjaan, ada saja yang beliau sampaikan mengenai hal-hal ekonomi, yang isinya lumayan nambah-nambah ilmu ekonomi saya... Dan setiap kali beliau ulang tahun, ada saja makanan macam-macam jenis dengan jumlah piring untuk setiap jenis makanan seperti yang diangkut dengan truk...saking banyaknya...," ujar Rara.

Pada saat itu memang rumah Bung Ciil selalu ramai dengan sahabat-sahabat yang semuanya terlihat bahagia tertawa-tawa dengan sajian makanan berlimpah ruah dan tentunya juga sambutan hangat beliau, sapaan gembira dan suara nyaring khasnya.

Pada prinsipnya, ia seorang yang ceria dan optimis. Ia selalu berusaha menyemangati kami apabila sedang terbentur masalah dalam proses pekerjaan. Terkadang juga beliau bersikap sarkastis, namun disampaikan dengan canda sehingga tak menyakiti lawan bicara.

Ia juga bersifat terbuka terhadap semua hal dan cenderung melihat segala sesuatunya dari hal yang positif. "Waktu beliau ulang tahun, saya menghadiahkan sebuah produk MLM yang dapat digunakan untuk menurunkan berat badan, dan ternyata ia tampak amat senang menerima dan memanfaatkannya. Saya cukup surprise dengan responnya, mengingat tak banyak orang yang terlalu bersemangat terhadap kegiatan MLM," kenang Rara.

Sosok Bung Ciil di dunia ini jelas bukan keberadaan yang sia-sia tanpa makna bagi sekelilingnya. Kehadiran beliau adalah suatu anugerah bagi kita semua dan kepulangan beliau ke Rahmatullah memang semestinya menimbulkan duka yang mendalam bagi yang ditinggalkan.

No comments :