PERTANIAN, PANGAN DAN INDUSTRI, TIGA MESIN PERTUMBUHAN EKONOMI

Petani Memompa Air

Pembangunan ekonomi Indonesia periode 2024-2029 akan mengandalkan sektor pertanian, energi, dan manufaktur. Dengan ketiga mesin tersebut, ekonomi Indonesia diharapkan tumbuh lebih cepat, mandiri, dan inklusif.

Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Burhannudin Abdullah, Jumat (22/3/2024), mengatakan, arah kebijakan ekonomi yang mengandalkan tiga mesin utama itu didasarkan kenyataan bahwa Indonesia sampai saat ini masih sangat bergantung pada negara lain untuk mencukupi berbagai kebutuhan dasar.

”Setelah krisis moneter yang melanda pada 1997-1998, kita pelan-pelan menghadapi tiga macam defisit, yaitu defisit pangan, energi, dan barang manufaktur, yang membuat kita terus bergantung pada impor,” kata Burhanuddin dalam Kompas Collaboration Forum (KCF) Afternoon Tea di Jakarta.

KCF adalah wadah para pemimpin perusahaan yang diselenggarakan harian Kompas. Dalam KCF edisi Maret 2024 tersebut, sejumlah pemimpin perusahaan hadir. Mereka berasal dari berbagai sektor, antara lain perbankan, tekstil, properti, pertanian, manufaktur, pangan, dan otomotif.

Indonesia sampai hari ini masih mengimpor berbagai jenis komoditas pangan yang merupakan konsumsi masyarakat sehari-hari. Sebut saja beras, jagung, kedelai, bawang putih, dan tapioka.

Di sektor energi, Indonesia mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji dalam jumlah yang besar. Akibatnya, anggaran subsidi energi yang harus ditanggung negara per tahun terus membengkak.

Deindustrialisasi
Industri manufaktur dalam negeri juga belum cukup berdaya saing. Burhanuddin mengatakan, Indonesia sampai saat ini masih menjadi net importir barang manufaktur. Hampir 40 persen dari pasar manufaktur Indonesia dikuasai China. Hasilnya, industri dalam negeri pun kerap kali tidak berdaya menghadapi gempuran impor barang manufaktur.

Di sisi lain, ancaman deindustrialisasi dini semakin nyata terjadi. Ia membandingkan, pada 1997-1998, kontribusi industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) masih berkisar 28-29 persen, hampir mendekati kategori negara industri yang porsi manufakturnya terhadap PDB adalah 30 persen.

“Saat ini, share industri manufaktur kita hanya di kisaran 18 persen. Itu di bawah 20 persen, yang artinya kita kembali ke kategori negara pra-industri, kita kembali lagi ke tahun 1971, kembali ke kondisi awal pemerintahan Presiden Soeharto dulu,” ucap Burhanuddin.

Oleh karena itu, arah kebijakan ekonomi Prabowo-Gibran ke depan akan mengandalkan ketiga mesin ekonomi itu. Industrialisasi, khususnya yang berbasis sumber daya alam, mesti dipacu dengan memperbaiki kondisi daya saing berusaha, mulai dari sisi kepastian hukum, perizinan, dan kemudahan berbisnis di Indonesia.

Menurut Burhanuddin, hal itu tidak mustahil dilakukan. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam serta energi baru dan terbarukan yang melimpah dan bisa diolah menjadi beragam produk manufaktur. Ketiga sektor itu, terutama pertanian dan manufaktur, juga akan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

“Oleh karena itu, tiga hal ini, pertanian, pangan, dan industri, harus menjadi mesin pertumbuhan ekonomi kita ke depan. Meskipun, pada dasarnya, tentu saja semua sektor ekonomi ke depan akan didorong untuk tumbuh dan berkembang,” kata Burhanuddin.

Menanggapi arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru ke depan, Regional CEO PT Triputra Agro Persada Tbk Budiarto Abadi mengingatkan akan pentingnya memperkuat ketahanan pangan nasional. Salah satunya, swasembada beras.

Indonesia pernah mencapai swasembada beras. Indonesia juga pernah mengalami kesulitan mendapatkan beras seperti yang terjadi saat ini. "Ibu-ibu membeli beras dengan harga mahal, sedangkan petani diuntungkan karena harga gabah naik," ujarnya.
Budiarto berharap pemerintah bisa mewujudkan kembali swasembada beras. Indonesia bisa belajar dari sejumlah negara produsen beras. Meskipun terdampak El Nino, negara-negara tersebut tetap bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri, bahkan mengekspor beras.

Salah satu upayanya adalah mengoptimalkan peran badan usaha milik negara (BUMN). Pemerintah telah memiliki Perum Bulog yang menyerap gabah dan beras di dalam negeri, serta mengimpor beras untuk cadangan pangan.

Dari sisi produksi, pemerintah juga bisa meminta BUMN, seperti PT Perkebunan Nusantara atau Perhutani bekerja sama dengan petani. BUMN tersebut bisa mengadopsi cara kemitraan pengelolaan produksi dari perusahaan sawit.

"Kenapa sistem petani plasma di industri sawit tidak dicoba diterapkan di sektor perberasan nasional. Kalau semua diserahkan ke swasta, banyak perusahaan yang enggan, karena bisnis beras itu ngeri-ngeri sedap," katanya.

Skema industrialisasi

Sementara itu, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Manufacturing Indonesia, Bob Azam, berharap pemerintahan baru punya skema tepat untuk mendorong industrialisasi. Berkaca dari bidang yang ia geluti, dalam 10 tahun terakhir, industri otomotif baik mobil maupun sepeda motor mengalami stagnasi dalam hal produktivitas maupun pengembangan pasar.

Sayangnya, di tengah stagnansi sektor industri, para pelaku industri sudah dihadapkan pada rencana peningkatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen. Kenaikan ini dikhawatirkan dapat memukul kinerja industri pengolahan yang dapat memberikan kesempatan kerja yang luas.



"Rantai pasok akan terdampak kenaikan PPN. Dari barang mentah menjadi barang setengah jadi terdampak (kenaikan) PPN. Lalu barang setengah menuju barang jadi juga terdampak. Pengadaan komponen pun terimbas kenaikan PPN. Mohon ini jadi perhatian," tuturnya.



Di luar itu, Bob berharap pemerintahan baru menjadikan sektor tenaga kerja sebagai indeks atau faktor utama untuk mengambil berbagai kebijakan industri. "Negara sekelas Amerika Serikat saja menjadikan faktor tenaga kerja untuk mengambil kebijakan suku bunga," katanya.


Blogger Widgets

MENANDINGI SINGAPURA?

Kalung penanda khusus untuk konser Taylor Swift: The Eras Tour di National Stadium, Singapura, Senin (4/3/2024). Suasana di dalam dan luar National Stadium, Singapura, riuhnya oleh suara ribuan orang. Konser ini dianggap sebagai megakonser dari seorang penyanyi global yang dijuluki banyak orang sebagai figur penghibur abad ini.

Berita tentang konser eksklusif Taylor Swift di Singapura awal bulan ini didominasi pernyataan kontroversial pejabat tinggi dari negara tetangganya. Bukan musikus, peneliti budaya pop atau fan Swifties. Aspek finansial dari konser itu agaknya dinilai lebih penting ketimbang yang lain-lain. Sementara itu, beda politikus dan pengusaha semakin kabur.

Seorang menteri kabinet RI berambisi bikin konser tandingan. Menteri yang lain mencari peluang menumpang keunggulan Singapura dalam bentuk kerja sama. Sebagian pihak meragukan kemampuan Jakarta menjadi tuan-rumah untuk konser sekelas Taylor Swift. Kalaupun Jakarta mampu, apakah perlu? Saya ragu.

Indonesia jauh lebih berlimpah berkah ketimbang Singapura dalam banyak hal. Mengapa politikus-bermental-pengusaha RI merasa perlu mengekor Singapura dalam bisnis konser? Untuk membuktikan dirinya tidak kalah hebat dari rekannya di Singapura? Mengapa baru sekarang elite politikus RImerasa kecolongan? Sudah berpuluh tahun dan dalam berbagai bidang Singapura super gesit dalam kompetisi transaksi global.

Walau unggul dalam sejumlah bidang, Singapura ditakdirkan hidup dalam keterbatasan. Wilayah negeri ini super-mini. Hanya sedikit lebih besar dari DKI Jakarta. Sumber daya alam dan manusia di sana sangat terbatas. Dua hal itu seperti takdir yang tidak bisa diubah. Uniknya, Singapura berhasil membalik keterbatasan itu menjadi pemicu kerja secara cerdas.

Demi bertahan hidup, Singapura sangat bergantung pada tambahan berbagai sumber daya dari luar. Memang, semua negara saling bergantung. Tapi, ketergantungan Singapura lebih kritis dibandingkan dengan banyak negara lain. Untuk mendapat tambahan sumber daya unggul, sejumlah persyaratan harus dipenuhi.

Pertama, dibutuhkan jaringan transportasi-komunikasi-finansial canggih dan andal agar sumber daya dari luar negeri bisa masuk dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Pesatnya pertumbuhan kapitalisme global, teknologi digital, dan stabilitas regional sangat menguntungkan Singapura. Jika terjadi krisis dalam berbagai jaringan internasional ini, Singapura akan lebih terpukul dibandingkan denagn negara-negara sekitarnya.

Kedua, Singapura harus memikat calon mitra kerja dari luar. Buat apa akses ke negeri itu dipermudah jika pihak luar tidak tertarik? Singapurameningkatkan daya pikat secara maksimal dengan imbalan besar bagi mitra asingnya. Sementara dalam negeri ”stabilitas dan keamanan” dijaga ketat. Penguasa Singapura cenderung semi-otoriter demi alasan praktis itu, bukan politis atau ideologis. Nyaris tak ada toleransi untuk politik oposisi, grafiti, fanatisme agama atau protes jalanan.

Lebih setengah abad lalu Singapura memikat dunia dengan kualitas layanan maskapai penerbangan dan bandar udara antar-benua. Bangkok menjadi pesaingnya di Asia Tenggara sebagai pusat transit untuk rute penerbangan antarbenua. Thailand kaya tradisi dan kesenian keraton, kuil, dan makanan yang tenar di dunia. Singapura tidak. Maka, Singapura terpacu bekerja lebih cerdas membangun bandar udara Changi.

Perkembangan serupa terjadi di bidang akademi. Pertengahan 1990-an terjadi konflik besar di sebuah universitas di Jawa. Akibatnya, puluhan dosen kehilangan pekerjaan, termasuk saya. Setelah berbulan-bulan hidupberkeluarga tanpa gaji, saya diundang bekerja di satu universitas besar di Singapura.

Universitas di Singapura tersebut baru selesai membangun sejumlah menara apartemen mewah di dekat kampus, khusus untuk dosen-dosen asing. Lebih dari separuh apartemen itu belum dihuni. Semua perabot dalam setiap unit masih terbungkus plastik dari toko. Sewanya hanya sekitar seperlima harga pasar. Penduduk lokal, termasuk para dosen lokal, merasa para pekerja asing dianak-emaskan pemerintah. Perasaan itu bisa dimaklumi.

Di departemen kami ada belasan dosen, mayoritasnya warga asing. Pernah hanya satu yang warga Singapura karena dua rekannya pindah kerja ke luar negeri. Dekan kami sering meminta usulan daftar tokoh-tokoh ilmuwan terbesar di dunia yang bisa dirayu bergabung di universitas ini dengan imbalan sangat menggiurkan. Selama belasan tahun kemudian, hingga kini Singapura menempati salah satu urutan tertinggi dalam ranking universitas global.

Ketika saya bersiap meninggalkan Indonesia, pemerintah Orde Baru masih mewajibkan mahasiswa di Tanah Air lulus mata-kuliah tentang Pancasila. Sebagai dosen, kami wajib lulus penataran Pancasila. Setiba di Singapura, saya lihat mahasiswa di sana wajib belajar literasi teknologi media digital. Para dosennya dituntut memublikasikan penelitian di jurnal terkemuka di dunia. Setelah lewat belasan tahun kemudian, tuntutan serupa ini baru menjadi kelaziman di Indonesia.

Singapura unggul bukan baru belakangan dan tidak hanya di bidang industri hiburan atau pendidikan. Negeri mini ini juga pusat belanja dan perawatan kesehatan. Tidak hanya anak-anak presiden Joko Widodo yang menempuh pendidikan di Singapura. Tidak hanya para menteri kabinet RI yang memilih berobat di Singapura, termasuk sang menteri yang berambisi mengadakan konser tandingan.

Tak perlu kaget atau kecewa jika pentas Taylor Swift untuk Asia Tenggara berhari-hari hanya di Singapura. Daripada bikin konser tandingan, mengapa tidak bersemangat membina universitas dengan kualitas tandingan? Siapa tahu Indonesia berhasil naik ke urutan setara atau mendekati Singapura dalam ranking global universitas dan anak presiden tidak perlu jauh-jauh berkuliah di sana?

Berpuluh tahun Singapura agak otoriter. Begitu juga negara-negara lain di sekitarnya. Mengapa yang lain-lain tidak semakmur dan seunggul Singapura? Mengapa Pemerintah RI tidak terpacu membenahi layanan kesehatan di negeri sendiri sehingga para menteri yang sakit bisa merasa nyaman dirawat di dalam negeri?

Tenaga kerja Indonesia berbondong sebagai PRT di Singapura. Mengapa pejabat tinggi negara tidak bertekad memperbaiki kondisi kerja di Tanah Air sendiri? Bayangkan andaikan orang-orang Singapura berbondong menjadi PRT keluarga di Indonesia.

Apakah konser tandingan dinilai lebih penting daripada semua hal itu?

58 Tahun Bersama Kuntoro

 

DSP Menyerahkan Buku kepada Kuntoro yang Memberikan Kata Pengantar
Dalam Buku Tersebut.



Saya dan Kuntoro
Saya  mengenal Kuntoro sejak umur saya 18 tahun, usia muda yang mempertemukan kami di kampus ITB Bandung, sekitar tahun 1965. Saya di jurusan Teknik Elektro dan Koentoro di Teknik Industri.

Sekitar tahun 1970, saya sempat berhenti kuliah, saat itu saya membantu almarhum ayah saya yang membuka percetakan di halaman belakang rumah, beliau memberi nama perusahaan keluarga kami PT Harapan Offset. Tepatnya di Jl. Wastukencana No.79-Bandung.

 

DSP Sesaat Sebelum Sidang Sarjana, Menolak Pencalonan Kembali Soeharto

(ITB-1978)


Sekitar tahun 1973, Kuntoro pulang dari Amerika, ia memperoleh gelar Pasca Sarjana sebanyak tiga gelar, kesemuanya diselesaikan dalam sekali waktu. Kuntoro sejak dulu memang terkenal cerdas dan jujur.

Kuntoro bagi saya bukan hanya sebagai teman sekelas dan seangkatan, namun ia juga teman bermain. Saat ia kembali ke Bandung, saya menyambutnya dengan sukacita, saat itu Kuntoro juga ikut membantu dalam manajemen PT Harapan Offset. Saya ingat sekali, waktu itu adik saya Hilmi Panigoro masih duduk di kelas 3 SMA, ia juga membantu di percetakan keluarga sebagai tukang cetak.

Sekitar tahun 1978, saya berangkat ke Mekkah, menemani Almarhumah Ibu saya menunaikan ibadah haji. Pada saat itu, Kuntoro sepenuhnya mengurusi percetakan PT Harapan Offset.

Jika mengingat nama Kuntoro, saya hanya membayangkan tentang sosoknya yang cerdas, lurus, jujur dan amanah. Ini terbukti selama masa karirnya, tidak ada kasus apapun yang menjerat Kuntoro, karena begitulah ia sangat bersih dan amanah.

Satu kali sekitar tahun 2000, tanpa direncanakan saya bertemu dengan Kuntoro di Mekkah. Padahal kami berdua tidak saling berkabar bahwa akan berangkat haji saat itu. Saat bertemu di sana, keduanya merasa kaget, pertemuan itu menyenangkan bagi kami. Saat itu saya yakin, kedekatan kami berdua ternyata sudah berada pada frekuensi yang sama.

 

 

Bersama Alm. Arifin Panigoro yang juga bersahabat dengan Kuntoro dan sempat membahas wacana Pendidikan Tinggi Medco-ITB di Jakarta.

 

Lima puluh delapan tahun persahabatan kami tanpa adanya konflik. Saya pikir karena persahabatan kami murni saling membantu dalam jejaring networking dan saling bertukar ide, gagasan. Tidak pernah sekalipun berkaitan dengan keuangan. Kuntoro sendiri banyak membantu saya, berbagi jejaring kerjanya untuk kegiatan saya.

Saat Kuntoro dirawat di Singapore, saya sempat menelpon istrinya, Tuti. Perempuan sederhana yang selalu setia mendampingi Kuntoro sampai akhir hayatnya, saya kira Kuntoro sangat beruntung memiliki Tuti di sisinya.

Hari itu saya tanyakan pada Tuti, “Bagaimana keadaan Kuntoro? Apa sebaiknya saya ke Singapore?

Namun saat itu Tuti menyampaikan kepada saya “Nanti saja jika sudah di Jakarta”.

Waktu berjalan, namun ternyata saya hanya mendengar kabar kepergiannya. Kuntoro lebih dahulu meninggalkan kita semuanya. Pertemuan terakhir saya dengannya justru di hari kematiannya, saya melayat ke rumah duka dan mengunjungi makamnya di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Saya merasakan perpisahan yang sangat mendalam.

 

Sosok Kuntoro

Tidak ada yang tidak mengenal sosok Kuntoro dengan berbagai prestasi karirnya. Padahal awalnya Kuntoro memulai karirnya sebagai dosen di ITB selama 40 tahun, saya kira Kuntoro sangat berdedikasi dalam mendidik generasi Indonesia. Berangkat dari dosen ia diberi amanat sebagai staf ahli Menteri Muda dalam Upaya Peningkatan Produksi dalam Negeri. Lalu karirnya melejit diberi amanah sebagai Menteri ESDM di era Soeharto dan BJ Habibie.

Setelah itu ia pernah diberi amanah menjadi Direktur Utama PLN, Ketua Pelaksana BRR Aceh-Nias. Terakhir sebelum meninggal, ia menjabat Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan di Kabinet Indonesia Bersatu II.

Banyak sekali prestasi Kuntoro yang sudah diraihnya dari dalam dan luar negeri. Saya tidak bisa menuliskannya satu demi satu, karena sudah bertebaran di hampir semua media berita online.

Namun, sosok Kuntoro secara pribadi, banyak berbekas di hati pada mahasiswanya dan orang-orang terdekat dengannya. Terutama bagi saya pribadi, kedekatan kami berdua yang sudah terjalin selama 58 tahun. Itu bukan waktu yang singkat, bahwa kami sahabat kental yang sudah terbukti langgeng dalam rentang waktu yang sangat panjang dan lama.

Akhir 2023, sahabat tercinta saya pergi meninggalkan kita semuanya. Bagi yang mengenal Kuntoro sebagai dosennya, Kuntoro tentu dosen yang gaul dan menyenangkan. Bagi yang mengenal Kuntoro sebagai rekan kerjanya, banyak yang menganggapnya sebagai pemimpin yang jujur dan bersih.

Satu hal yang selalu saya ingat mengenai Kuntoro, meskipun berkali-kali memegang berbagai jabatan penting, namun sikapnya pada saya tidak pernah berubah, sama seperti di tingkat satu, saat kami masih sama-sama di kampus ITB.
Selamat Jalan Kun..

 

DSP

 

 

Darmawan Sunarja, Mendidik dengan Hati

Darmawan Sunarja,  Kepala SMK Pariwisata Metland, memperlihatkan sebagian dari sederet penghargaan yang diraihnya di Gedung SMK Metland, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (18/12/2023).

Berbagai profesi yang direngkuh Darmawan Sunarja semenjak masa muda membentuk sosoknya sebagai guru inovatif.


Tidak banyak pendidik yang perjalanan hidupnya kaya warna seperti Darmawan Sunarja (58). Malang melintang di pelbagai profesi membuat Darmawan tidak gagap memimpin sekolah yang mendidik anak-anak beragam latar belakang sosial, termasuk kaum marjinal dan anak berkebutuhan khusus.

Siswa suka tawuran, hamil di luar nikah, atau malas masuk kelas lantaran situasi keluarga tak harmonis menjadi bagian dari kisah yang dihadapi Darmawan selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Metland sejak 2014. Sekolah yang dinaungi Yayasan Pendidikan Metland ini berlokasi di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di sinilah delapan tahun terakhir, Darmawan menerapkan teori kependidikan beserta pengalaman empirisyang menempa hidupnya.

”Dalam situasi tertentu, problem persekolahan, khususnya terkait pembentukan karakter siswa, tidak selalu harus diselesaikan secara normatif. Kadang harus ditempuh cara-cara yang tidak lazim tanpa merugikan sekolah, siswa, dan orangtua siswa,” ujar Darmawan, Minggu (7/1/2024).

Para siswanya berasal dari keluarga yang beragam latar belakang sosial, termasuk anak yang berkebutuhan khusus, seperti autis, gagap bicara, dan polio. Orangtua mereka tidak sedikit dari kalangan buruh pabrik, sopir, dan asisten rumah tangga. ”Konsekuensinya, kami harus siap dengan aneka persoalan yang lazim timbul dari dinamika masyarakat perkotaan,” kata Darmawan.

Pendekatan budaya


Terhadap siswa yang gandrung gaduh dengan siswa sekolah lain, Darmawan menempuh cara persuasif. Pernah suatu ketika siswa berinisial A terlibat keributan dengan SMA/SMK lain yang berjarak 1-2 km dari SMK Metland. Terhadap si A, Darmawan menawarkan dua opsi. Pertama, kepala sekolah yang harus datang meminta maaf kepada seluruh siswa di SMA/SMK lawan tawuran. Atau, kedua, si A sendiri yang mengajak berdamai kepada siswa-siswa SMA/SMK yang terlibat serta mengundang untuk hadir dalam acara jamuan makan bersama di SMK Metland.

”Rupanya si A bersedia mengundang lawan tawurnya untuk hadir di acara jamuan makan di sekolah kami. Pertanda anak ini punya rasa tanggung jawab untuk ikut menyelesaikan masalah. Kalau mau entengnya, bisa saja anak inimemilih opsi pertama,” kata Darmawan seraya memetik pesan moral bahwa tawuran bisa diselesaikan secara berbudaya.

Cara yang tidak formal juga ditempuh untuk kasus siswi yang hamil di luar nikah. Darmawan mendatangi langsung orangtua siswi bersangkutan untuk bicara dari hati ke hati. Lazimnya, untuk kasus seperti ini pihak sekolah menyurati sang orangtua. Cara seperti itu dihindari Darmawan.

Setelah berbicara dengan orangtua siswi bersangkutan, giliran siswi yang diajak bicara. Agar tidak terjadi perundungan di sekolah dan demi keselamatan janin yang dikandung, siswi tersebut dipersilakan cuti beberapa bulan hingga pasca-melahirkan. Pada hari pertama siswi tersebut masuk sekolah kembali, Darmawan tampil mendampinginya di depan kelas seraya memberi pemahaman kepada para siswa lainnya.

Kita percaya setiap individu punya potensi keliru, tetapi pada diri yang bersangkutan masih terbentang harapan kelak menjadi manusia bermartabat.

Bayi yang dilahirkan pun pada hari pertama itu dihadirkan di kelas. Darmawan menimang-nimang bayi itu seraya mengumumkan bahwa para siswa punya ”adik baru” dan semua siswa wajib menyambutnya sebagai bagian dari keluarga besar SMK Metland. Darmawan tidak segan memosisikan diri sebagai orangtua bayi tersebut. Cara ini membuat rasapercaya diri siswi yang bersangkutan tumbuh kembali dan tidak canggung mengikuti kegiatan di sekolah seperti biasa.

Darmawan berpandangan, dalam masa tumbuh dan berkembang mencari jati diri, acap kali terjadi situasi labil yang membuat siswa salah melangkah. Dalam situasi begini harus ada cara manusiawi yang tidak merugikan sekolah dan pribadi siswa bersangkutan. ”Kita percaya setiap individu punya potensi keliru, tetapi pada diri yang bersangkutan masih terbentang harapan kelak menjadi manusia bermartabat,” kata ayah dua anak ini.


Lintas bidang


Sejak duduk di bangku kuliah hingga kemudian menjadi guru dan memimpin sebuah SMK, Darmawan sudah terbiasa aktif di organisasi. Hal ini membentuk pribadinya luwes di aneka profesi disertai bakat kepemimpinan.

Tahun 1988-1994, sembari mengajar di SMA Katolik St Aloysius dan SMAK 1, 2, 3 BPK Penabur Bandung, Darmawan juga aktif sebagai pemandu program acara radio swasta. Di waktu yang sama, dia juga menyandang predikat sebagai tenaga pemasaran Eldorado, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang hiburan/rekreasi di Bandung. Di samping itu, hampir setiap akhir pekan ia tampil sebagai MC di beragam acara, mulai dari pesta pernikahan, pesta ulang tahun, hingga gathering perusahaan.

Di samping mengajar, dia sempat memimpin usaha perjalanan haji dan umrah. Semua itu memperkaya warna-warni hidupnya.

Tahun 1995, Darmawan sempat jeda dari aktivitas mengajar karena perusahaan menugaskan untuk belajar di Australia selama sembilan bulan. Sepulang dari studi di luar negeri, beberapa kampus memintanya menjadi dosen. Di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, dia mengampu mata kuliah Kewirausahaan dan Pemasaran. Almamaternya, Fikom Unpad, pun sempat menggunakan jasanya. Di samping mengajar, dia sempat memimpin usaha perjalanan haji dan umrah. Semua itu memperkaya warna-warni hidupnya.


Memimpin sekolah

Kiprahnya di SMK Metland berawal pada 2014 ketika pembina yayasan, Nanda Widya, mengajaknya untuk mengembangkan sekolah dan politeknik. Langkah awal adalah menggagas berdirinya SMK Pariwisata. Bermula dari dua bangunan ruko, lalu secara bertahap sekolah itu kini menempati gedung berlantai 5 di kawasan Metland Transyogi. Dari semula hanya memiliki 12 siswa, terus tumbuh hingga kini mendekati 700 siswa dengan total 112 guru dan karyawan. Bahkan, dalam usia delapan tahun, SMK ini sudah merintis pengembangan sekolah baru di Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Darmawan berupaya membangun ekosistem pendidikan yang inklusif dan menyenangkan bagi siswa tanpa melupakan standar pendidikan vokasi sesuai tuntutan industri pariwisata global. Selain fasilitas belajar, tempat ibadah untuk para siswa yang beragam keyakinan pun disediakan secara khusus.

Alhasil, lulusannya kini terserap di dunia kerja perhotelan dan restoran. Dalam usia delapan tahun, sudah puluhan lulusannya tersebar di hotel dan restoran di luar negeri, mulai dari lingkup Asia Tenggara, Australia, Maladewa, Uni Emirat Arab, Jerman, hingga negara-negara Eropa Timur. Beberapa di antaranya bekerja di kapal pesiar.

”Capaian itu berkat dukungan dari pihak yayasan, disertai upaya membangun jaringan dengan pemangku kepentingan di dalam dan luar negeri,” kata Darmawan.

Tahun 2021, SMK Metland sudah berstatus sebagai SMK Pusat Keunggulan sehingga menjadi model percontohan bagi SMK serumpun. Kerja sama dengan luar negeri terus dikembangkan, antara lain dengan beberapa sekolah vokasi di Thailand dan Jepang, lembaga sertifikasi di Singapura, serta jaringan sekolah-sekolah UNESCO.

Selain mencetak lulusan siap kerja, SMK pun berpotensi mencetak lulusan yang siap meningkatkan kapasitas keilmuan melalui perguruan tinggi.


Darmawan juga ingin menghapus kesan SMK sebagai sekolah "warga kelas dua". Dia menunjukkan fakta bahwa selain mencetak lulusan siap kerja, SMK pun berpotensi mencetak lulusan yang siap meningkatkan kapasitas keilmuan melalui perguruan tinggi. Puluhan lulusan SMK Metland melanjutkan kuliah di beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta, seperti UI, Unpad, Undip, UPI, Politeknik Pariwiasata (NHI) Bandung, Binus, Trisakti, Untar, UBM, dan Gunadharma.

"Artinya, lulusan SMK tidak lagi dipandang sebelah mata. Buktinya, lulusan SMK Metland tak hanya mampu berkompetisi di pasar kerja, tetapi juga dapat bersaing dengan para lulusan SMA untuk masuk perguruan tinggi," kata Darmawan yang kini sedang menuntaskan pendidikan doktoralnya di UPI.

Terkait pengembangan potensi bakat seni, olahraga, dan aspek pendukung, beberapa prestasi ditorehkan, antara lain dari cabang e-sport, futsal, karate, taekwondo, sinematografi, seni kuliner, barista, metaverse, dan bahasa Inggris. Siswa yang menjalani praktik kerja lapangan juga meraih predikat ”Best Trainee” di hotel bintang 5 berjaringan internasional.

Sederet penghargaan tingkat nasional dan internasional pun diraih. Beberapa di antaranya yang menonjol, pada 2023, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menobatkan Darmawan sebagai Sosok Inspiratif (kategori kepala sekolah). Untuk skala internasional, tahun 2022, SMK Metland meraih penghargaan dari SEAMEO SEAMOLEC (organisasi menteri-menteri pendidikan se-Asia Tenggara). Tahun 2020 SEAMOLEC juga memberikan penghargaan terkait penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.

Sekitar dua tahun ke depan, Darmawan akan lengser dari jabatan kepala sekolah. Dia berencana mengembangkan lembaga kursus dan pelatihan bisnis/manajemen bernama Metland College. Untuk regenerasi kepemimpinan serta pewarisan nilai-nilai pada guru, diadakan pelatihan secara berseri. Pada pertengahan Desember 2023, Darmawan berbaur langsung dengan para guru dan staf menyimak materi yang disajikan motivator Ananda Buddhisuharto, mitra SMK Metland.

”Dinamika kelas dan situasi global menuntut cara-cara out of the box tanpa melupakan sisi kemanusiaan,” ujar Darmawan.

Darmawan Sunarja

Lahir: Bandung, 8 Juli 1965

Pendidikan:- Magister Manajemen Pariwisata Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata Bandung (2005)

- Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (1991)

Pekerjaan: Kepala SMK Pariwisata Metland, Cileungsi, Bogor

Penghargaan (antara lain):

-Sosok Inspiratif (kategori kepala sekolah) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2023)

-Penghargaan dari SEAMEO SEAMOLEC (2022)

-Penghargaan dari SEAMOLEC (2020)